Gemar dan Cemas yang Sama



"Gemar dan Cemas yang Sama"

Kasus pertama pasien positif Covid-19 atau virus Corona di Sulawesi Utara, sebagaimana dikutip dalam, "Bulan Kasus Pertama Pasien Covid-19 di Sulut Diumumkan" terjadi pada tanggal 15 Maret 2020. Sumber: Detikmanado.com.

Disusul dengan surat edaran dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado, dengan nomor: (B-480/in.25/PP.00.9/3/2020), tentang kebijakan kewaspadaan dan pencegahan penyebaran Covid-19 di lingkungan IAIN Manado. Meliburkan seluruh aktifitas di lingkungan kampus, terutama proses belajar dalam kelas.

Aktifitas perkuliahan dialihkan dengan menggunakan istilah belajar dalam jaringan (DARING), hingga hari ini. Tidak perlu kaget, dalam masyarakat modern hal ini merupakan salah satu konsekuensinya.

Kesulitan dan kerugian dari segala sektor yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 seharusnya menjadi upaya bagi mahasiswa untuk memberikan sedikit gagasan atau gerakan di kampung halaman demi kelanjutan hidup bagi sesama.

Kesadaran bahwa mahasiswa adalah bagian dari kenyataan, tentunya bukan sebuah penghalang ketika proses belajar dialihkan dalam jaringan. Cara bisa saja berubah, tetapi tidak dengan nilai-nilainya.

Sejak 2 bulan yang lalu, tentu saja dampak pandemi terhadap kemampuan ekonomi keluarga menjadi salah satu yang terburuk.

Pemutusan hubungan kerja (PHK) masih saja terus meningkat, “Data di kantor kami, sudah 6.222 karyawan yang di-PHK perusahaan. Angkanya meningkat di bulan April", kata kepala dinas tenaga kerja Kota Manado, Donald Supit, Jumat (15/05/2020) Sumber: Manadopost.id.

Perubahan yang harus direspon bagi seorang mahasiswa bukan hanya persoalan kebersihan tangan ataupun penggunaan masker dengan berbagai macam motif. Lebih dari itu harus segera diupayakan; kemandirian pangan, misalnya.

Kemungkinan-kemungkinan terburuk harus segera diwaspadai. Jika kita melihat pemberitaan media akhir-akhir ini, sangat terlihat jelas bahwa ketidaksesuaian kebijakan pemerintah menjadi suatu isyarat bahwa kemandirian pangan harus disegerakan.

Kemandirian pangan menjadi keniscayaan bagi setiap keluarga di tengah pandemi. Kebutuhan akan persediaan makanan menjadi syarat agar tetap bertahan hidup.

Bagi mahasiswa yang berada di perkotaan; dengan keterbatasan lahan, tentu saja bisa memanfaatkan sampah plastik yang tidak terbatas agar bisa dijadikan wadah untuk menanam bibit: cabe, bawang merah, tomat, kacang panjang, bayam merah dan sejenisnya.

Salah satu contoh: sayur bayam merah selain mudah dibudidaya juga memiliki masa panen yang singkat, yaitu hanya 3 minggu.

Konsumsi sayuran dari kebun sendiri relatif lebih aman dan sekaligus menjadi solusi pemenuhan pangan skala rumah tangga, berbiaya murah dan mudah dilakukan.

Masa pandemi mengharuskan setiap orang menetap lebih lama di rumah untuk memutus mata rantai penyebaran virus. Kondisi ini tentu saja bukan penghalang untuk melakukan hal-hal yang produktif.

Secara historis nilai-nilai pancasila tercermin dalam semangat gotong-royong dengan penguatan pada ketahanan pangan lokal sebagai basis kedaulatan ekonomi masyarakat.

Selamat hari Pancasila.

Penulis:
Ramadhana (Mahasiswa IAIN Manado)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama